Dailys Labs / Blog / SEO / On-Page SEO / Content Mapping

Content Mapping: Merancang dan Memetakan Konten

Sedang menyusun strategi konten untuk bisnis Anda? Atau ingin mengoptimalkan strategi yang sudah ada? Content mapping adalah titik awal yang tepat.

Mengapa?

Ketika dilakukan dengan benar, content mapping membantu Anda menyusun dan mengatur konten secara efisien, sesuai dengan kebutuhan leads, prospek, hingga pelanggan saat mereka berinteraksi dengan brand Anda.

Dengan begitu, Anda akan tahu konten apa yang sudah tersedia, apa yang masih perlu dibuat, dan di mana letak terbaiknya dalam struktur website atau funnel bisnis Anda.

Biar nggak bingung lagi urus konten, kita bakal bareng-bareng bikin content map. Yuk, mulai dari dasar dulu.

Apa itu Content Mapping?

Content mapping adalah proses pemetaan dan perencanaan mendetail untuk membuat konten dengan memenuhi kebutuhan pengguna di setiap tahap dalam customer journey.

Dengan content mapping, Anda bisa hadir di setiap langkah perjalanan audiens — mulai dari saat mereka pertama kali mengenal brand Anda, aktif mencari solusi, hingga akhirnya memutuskan untuk membeli.

Tujuannya adalah agar setiap konten yang Anda sajikan benar-benar relevan, menjawab kebutuhan mereka, dan membantu mereka melangkah lebih dekat ke keputusan.

Ada beberapa cara untuk memahami buyer journey, namun yang paling umum membaginya menjadi tiga tahap utama:

  1. Kesadaran (Awareness): Selama tahap ini, seseorang mulai menyadari bahwa mereka memiliki masalah atau kebutuhan tertentu yang harus segera diatasi.
    Misalnya, mereka menyadari bahwa ia butuh laptop baru untuk kuliah dan tugas desain.
  2. Pertimbangan (Consideration)Setelah menyadari masalahnya, mereka mulai mencari tahu berbagai solusi yang tersedia. Ini adalah fase riset, di mana mereka membandingkan pilihan yang ada.
    Misalnya, mereka mencari informasi tentang spesifikasi yang cocok untuk desain grafis, menonton review di YouTube, membaca artikel perbandingan laptop, mempertimbangkan merek tertentu, dan mengecek harga di beberapa marketplace.
  3. Keputusan (Decision)Di tahap ini, mereka siap mengambil tindakan dan membuat keputusan akhir—termasuk memilih penyedia layanan atau produk terbaik.
    Misalnya, mereka memilih satu laptop dengan rating bagus dan harga diskon, lalu membelinya secara online dari toko resmi yang menawarkan garansi dan pengiriman cepat.

Proses ini sangat penting dalam strategi content marketing karena membantu Anda membagi beban kerja secara lebih terarah, serta memanfaatkan setiap konten untuk tujuan yang berbeda.

Tidak hanya itu, content mapping juga mencegah duplikat konten dengan memberikan dokumentasi yang jelas tentang apa saja yang sudah dibuat, topik yang belum dibahas, dan peluang konten baru yang lebih strategis.

Hasilnya, strategi konten Anda menjadi lebih efisien, relevan, dan berdampak langsung pada setiap tahap perjalanan audiens.

Mengapa Content Mapping Penting?

Content mapping penting karena membantu Anda menjangkau audiens di setiap tahap perjalanan mereka, bukan sekadar menunggu mereka menemukan Anda.

Karena sebagian besar materi pemasaran berbasis konten, memiliki rencana yang terstruktur dalam menyusun, menyebarkan, dan mengoptimalkan konten sangat krusial.

Tanpa navigasi yang jelas, Anda berisiko membuat konten yang tidak relevan, tumpang tindih, atau bahkan terlewatkan oleh calon pelanggan yang sebenarnya potensial.

Dengan content mapping, Anda dapat memperoleh berbagai manfaat:

Mendukung Customer Journey

Untuk membuat content map yang efektif, Anda perlu memahami secara menyeluruh perjalanan yang dilalui calon pelanggan saat mengenal brand Anda.

Proses ini akan membantu Anda mengidentifikasi masalah utama yang mereka hadapi, memahami apa yang mereka prioritaskan, berempati dengan cara berpikir mereka, serta mengenali pertanyaan dan kebutuhan yang muncul di setiap tahap.

Dengan pemahaman ini, Anda tidak hanya dapat memetakan konten dengan lebih tepat, tetapi juga menciptakan strategi konten yang benar-benar mendukung mereka, mulai dari tahap awal kesadaran hingga pengambilan keputusan.

Menyampaikan Konten Relevan untuk Pelanggan

Content mapping membantu Anda memastikan bahwa setiap konten saling terhubung, saling melengkapi, dan bersama-sama memperkuat nilai yang ingin Anda sampaikan.

Lebih dari itu, setiap konten juga menjawab pertanyaan dan pertimbangan spesifik yang dimiliki audiens di setiap tahap perjalanan mereka.

Di tahap awareness, konten Anda berperan untuk membantu audiens mengenali dan memahami masalah mereka, serta memberi harapan bahwa solusi tersedia.

Saat mereka memasuki tahap consideration, konten yang Anda sajikan seharusnya memperkenalkan berbagai opsi dan membantu mereka membandingkan solusi yang ada.

Dan ketika mereka siap mengambil keputusan, Anda perlu menyajikan informasi yang membuat mereka merasa yakin, seperti bukti sosial, ulasan pelanggan, hingga alasan kuat mengapa mereka sebaiknya memilih brand Anda.

Dengan begitu, setiap konten yang Anda buat tidak hanya berdiri sendiri, tapi saling melengkapi dan memperkuat strategi pemasaran secara menyeluruh.

Menemukan Content Gap

Dengan audit dan memetakan konten yang sudah Anda miliki, Anda akan lebih mudah menemukan content gap yaitu topik-topik penting yang belum pernah dibahas, padahal sangat dibutuhkan oleh audiens.

Celah inilah yang menjadi peluang emas untuk menciptakan konten baru yang lebih relevan dan strategis.

Dengan mengisi kekosongan tersebut, Anda tidak hanya memperkuat struktur konten secara keseluruhan, tapi juga membantu calon pelanggan mendapatkan informasi lengkap yang mereka butuhkan sebelum mengambil keputusan pembelian.

Meningkatkan Peluang Mendapatkan Customer Baru

Konten yang relevan dan sesuai dengan situasi audiens tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga lebih efektif dalam mendorong aksi, termasuk menghasilkan lead yang berkualitas.

Dengan strategi ini, Anda bisa menyajikan konten yang tepat, untuk orang yang tepat, di waktu yang paling tepat.

Mulai dari membantu calon pelanggan memahami masalah mereka, mengeksplorasi solusi, hingga akhirnya mengambil keputusan pembelian. Semuanya dilakukan secara bertahap dan terarah.

Alhasil, peluang untuk mengubah audiens menjadi pelanggan aktif pun meningkat secara signifikan.

Ini bukan sekadar tentang membuat konten, tetapi tentang membangun pengalaman yang selaras dengan kebutuhan mereka di setiap tahap perjalanan.

Produksi Konten Jadi Lebih Mudah dan Terarah

Salah satu manfaat besar dari content mapping adalah mempermudah proses produksi konten, karena semuanya tertata rapi sejak awal.

Biasanya, content map disusun dalam format seperti Google Spreadsheet, Microsoft Excel, atau tools lainnya yang memungkinkan Anda merekam seluruh dokumentasi konten yang sudah dimiliki atau telah dipublikasikan.

Dengan pemetaan ini, Anda memiliki data yang lengkap tentang jenis konten, topik yang sudah dibahas, search intent yang ditargetkan, hingga tahap buyer journey yang dilayani.

Tak hanya itu, content mapping juga biasanya mencakup content brief untuk setiap konten yang akan diproduksi. Ini akan memudahkan tim penulis atau kreator konten memahami tujuan, target audiens, tone, keyword, dan struktur yang diinginkan sejak awal.

Hasilnya, proses produksi konten jadi jauh lebih efisien, minim revisi, dan semuanya bergerak menuju satu arah yang sama dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan konten yang relevan dan terarah.

Cara Memulai Content Mapping

Ingin mulai menyusun strategi konten yang lebih rapi dan efektif? Ikuti langkah-langkah berikut untuk memulai content mapping yang terstruktur dan berdampak:

1. Identifikasi Target Audiens Anda

Sebelum mulai membuat content map, langkah paling penting adalah mengenali siapa sebenarnya audiens yang ingin Anda jangkau.

Tanpa pemahaman ini, konten Anda bisa saja meleset dari sasaran, mungkin terlalu umum, terlalu teknis, atau bahkan tidak menjawab kebutuhan mereka sama sekali.

Dalam dunia pemasaran, langkah ini biasa dilakukan dengan membuat buyer persona, yaitu representasi semi-fiktif dari target pasar Anda.

Untuk menciptakan buyer persona yang efektif, Anda perlu menggali berbagai aspek penting seperti:

  • Demografi (Demographics) — Bagian ini mencakup data-data dasar seperti usia, gender, lokasi, dan pendidikan mereka. Anda bisa membangun komunikasi yang lebih personal dan tepat sasaran.
  • Status Profesional (Professional Status) — Di sini, Anda menggambarkan posisi pekerjaan, industri tempat mereka bekerja, tingkat tanggung jawab, dan mungkin juga ukuran perusahaan.
  • Psikografis (Psychographics) — Psikografis mencakup nilai-nilai, minat, gaya hidup, dan kepribadian audiens. Dengan memahami aspek ini, Anda bisa menyusun konten dan pesan yang lebih emosional dan menggugah ketertarikan personal mereka.
  • Masalah & Tantangan (Pain Points and Challenges) — Ini adalah inti dari buyer persona, apa yang mereka perjuangkan, kesulitan apa yang mereka hadapi, dan hambatan apa yang membuat mereka belum mencapai tujuan.
  • Sumber Informasi (Influences and Information Sources) — Informasi ini menjelaskan di mana audiens mencari solusi, siapa yang mereka percaya, dan media apa yang mereka gunakan, misalnya blog industri, influencer, komunitas online, atau media sosial.
  • Proses Pembelian (Purchasing Process) — Anda perlu memahami bagaimana mereka mengambil keputusan. Apakah mereka perlu persetujuan dari atasan? Apakah mereka lebih suka mencoba produk terlebih dahulu? Apakah mereka membandingkan harga dan fitur sebelum membeli? Informasi ini akan sangat membantu dalam menyusun CTA dan konten tahap akhir dalam funnel.

Perbedaan B2C vs B2B Persona

Tujuan utama dari persona adalah memberi tim kreatif Anda gambaran lengkap tentang siapa yang ingin Anda jangkau, sehingga mereka bisa membuat konten yang tepat sasaran dan menggugah.

Namun, informasi yang dimasukkan dalam persona akan sangat tergantung pada jenis audiens, produk, dan karakter brand Anda miliki.

Di sinilah perbedaan besar antara B2C (business-to-consumer) dan B2B (business-to-business) muncul.

  • B2C Persona: Jika Anda menjual langsung ke konsumen, maka informasi seperti usia, gender, minat, gaya hidup, dan tingkat penghasilan jadi sangat penting. Tujuannya adalah menyentuh sisi emosional dan personal dari calon pembeli.
  • B2B Persona: Kalau Anda menjual ke perusahaan atau profesional, fokusnya lebih pada data seperti industri, ukuran perusahaan, jabatan, tanggung jawab kerja, dan proses pengambilan keputusan. Tujuannya adalah menunjukkan nilai bisnis dan efisiensi.

Intinya, B2C berbicara ke hati dan kebutuhan personal, sementara B2B menyentuh logika dan kebutuhan profesional. Strategi kontennya pun harus disesuaikan dengan pendekatan ini.

Melakuakan Market Research

Salah satu kesalahan paling umum yang sering dilakukan pemasar adalah berpikir bahwa mereka sudah tahu segalanya tentang audiensnya. Padahal, cara tercepat untuk menyadari seberapa banyak yang belum Anda ketahui adalah—dengan langsung berbicara dengan mereka.

Berikut beberapa cara efektif untuk benar-benar memahami calon pelanggan Anda:

  • Lakukan wawancara langsung: Wawancarai orang-orang yang sesuai dengan target audiens Anda untuk menggali wawasan mendalam tentang masalah yang mereka hadapi, topik yang mereka minati, dan apa yang mereka harapkan dari solusi seperti yang Anda tawarkan.
  • Adakan diskusi kelompok: Kumpulkan sekelompok individu yang merepresentasikan audiens target Anda dalam sebuah diskusi terbuka. Ajukan pertanyaan serupa kepada mereka dan biarkan diskusi berkembang secara natural. Perhatikan opini atau pendapat yang paling sering muncul, karena di sanalah insight paling bernilai bisa ditemukan.
  • Amati diskusi online: Telusuri forum, media sosial, komunitas online, atau kolom komentar yang relevan dengan industri Anda. Catat apa yang sedang dibicarakan calon pelanggan—termasuk masalah, pertanyaan, dan kebutuhan mereka yang belum terjawab.
  • Bicara dengan tim yang berhadapan langsung dengan pelanggan: Ajak diskusi tim yang berinteraksi langsung dengan pelanggan, seperti tim sales dan customer service. Tanyakan kendala apa yang paling sering muncul, pertanyaan umum yang sering ditanyakan, serta kekhawatiran pelanggan selama proses pembelian atau penggunaan layanan.
  • Lakukan survei ke pelanggan setia: Jika Anda sudah memiliki basis pelanggan, manfaatkan mereka sebagai sumber data yang kaya. Kirim survei melalui email untuk mengetahui pengalaman mereka dengan produk atau layanan Anda, serta saran atau harapan mereka ke depannya.

2. Pahami Customer Journey Anda

Langkah berikutnya adalah memetakan tahapan yang dilalui calon pelanggan sebelum mereka akhirnya membeli produk atau layanan dari Anda.

Untuk setiap tahap, pikirkan dan catat hal-hal berikut:

  • Situasi Pelanggan — Apa masalah utama yang sedang mereka hadapi? Apa kebutuhan mereka? Apa saja sumber daya (waktu, anggaran, informasi) yang mereka miliki saat ini?
  • Pertanyaan yang Muncul — Apa yang ingin mereka ketahui di tahap tersebut? Apa pertanyaan yang mungkin belum mereka sadari, tapi akan sangat membantu jika dijawab?
  • Jenis Konten yang Tepat — Berdasarkan kondisi mereka dan informasi yang dicari, konten seperti apa yang paling cocok? Apakah itu artikel edukatif, video demo, studi kasus, perbandingan produk, atau testimoni pelanggan?

Mengikuti contoh buyer journey sebelumnya, berikut pertanyaan yang mungkin dimiliki pengguna.

Tahap Awareness

Di tahap ini, calon pelanggan mulai menyadari bahwa mereka membutuhkan laptop baru. Mungkin laptop lama mereka mulai lemot, baterai cepat habis, atau tidak lagi mendukung aplikasi yang dibutuhkan untuk kerja atau kuliah.

Mereka belum siap membeli, tapi sedang mencari tahu lebih banyak — membaca artikel, menonton video, atau bertanya ke teman, untuk memahami penyebab masalah dan apa solusi yang tersedia.

Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul di tahap ini:

  • Kenapa laptop saya cepat panas atau lemot?
  • Laptop seperti apa yang cocok untuk kerja remote atau desain grafis?
  • Perbedaan laptop gaming dan laptop kerja?
  • Berapa harga laptop yang bagus untuk pelajar?

Dalam kasus ini, jenis konten yang cocok untuk dibuat adalah konten edukatif seperti blog post atau video yang menjawab pertanyaan umum dari calon pelanggan.

Konten seperti ini membantu membangun kepercayaan sejak tahap awal dan memposisikan brand Anda sebagai sumber solusi terpercaya.

Tahap Consideration

Di tahap ini, calon pembeli mulai membandingkan berbagai pilihan laptop yang cocok dengan kebutuhannya.

Mereka mungkin sudah menetapkan anggaran dan jenis aktivitas utama seperti untuk kuliah, kerja remote, desain grafis, atau gaming.

Mereka mulai mencari perbandingan, membaca ulasan, dan mencari saran dari teman atau komunitas.

Pertanyaan umum pada tahap ini:

  • Laptop mana yang terbaik untuk desain grafis atau editing video?
  • Apakah sebaiknya beli laptop baru atau upgrade laptop lama?
  • Merek mana yang awet dan cocok untuk kebutuhan multitasking?
  • Apa perbedaan spesifikasi antara Intel i5 dan Ryzen 5?

Pada tahap ini, jenis konten yang relevan bisa berupa panduan mendalam yang membantu calon pelanggan membandingkan opsi dan memilih solusi terbaik untuk masalah mereka.

Tujuannya adalah membantu audiens merasa lebih yakin dalam proses pertimbangan sebelum membeli.

Tahap Decision

Di tahap ini, pengguna sudah siap membeli.

Mereka hanya perlu dorongan akhir berupa kepercayaan, jaminan, atau promo menarik. Yang dibutuhkan adalah jawaban atas keraguan terakhir mereka sebelum menekan tombol beli.

Pertanyaan umum di tahap ini:

  • Apa keunggulan toko atau merek ini dibanding kompetitor?
  • Apakah laptop ini bergaransi resmi?
  • Berapa lama pengiriman dan apakah ada promo cicilan?
  • Bisa tukar tambah atau cashback?

Ada banyak jenis konten yang bisa digunakan di tahap decision (pengambilan keputusan), namun salah satu yang paling sering digunakan adalah landing page.

Landing page ini dirancang khusus untuk menjawab pertanyaan atau keraguan terakhir yang mungkin menghalangi calon pelanggan melakukan pembelian.

Tujuannya adalah memberikan dorongan terakhir agar mereka yakin dan segera melakukan pembelian dari brand Anda.

3. Identifikasi Jenis Konten untuk Setiap Funnel

Setiap tahap dalam funnel pemasaran membutuhkan jenis konten yang berbeda.

Funnel umumnya dibagi menjadi tiga bagian utama — Top of Funnel (ToFu), Middle of Funnel (MoFu), dan Bottom of Funnel (BoFu).

Dengan BoFu Anda dapat menciptakan pengalaman yang lebih menyeluruh bagi audiens dan secara alami meningkatkan peluang konversi.

Berikut adalah contoh jenis konten yang cocok untuk setiap tahap funnel:

  • TOFU (Top of the Funnel)
    Konten informatif seperti blog post edukatif, postingan media sosial yang menarik, dan email berisi informasi umum sangat efektif untuk menarik perhatian audiens yang baru mengenal masalah atau kebutuhan mereka.
  • MOFU (Middle of the Funnel)
    Di tahap ini, konten seperti halaman produk atau layanan, pembaruan industri, dan informasi tentang perusahaan membantu membangun kepercayaan dan menunjukkan bagaimana solusi Anda dapat menjawab kebutuhan mereka.
  • BOFU (Bottom of the Funnel)
    Untuk mendorong keputusan pembelian, gunakan konten seperti email pengingat keranjang yang ditinggalkan, halaman harga, dan halaman layanan yang memberikan alasan kuat kenapa mereka harus memilih bisnis Anda.

Setelah Anda menentukan yang dilalui pelanggan sebelum melakukan pembelian, langkah berikutnya adalah memetakan konten yang sudah Anda miliki ke masing-masing tahap tersebut.

Cara termudah adalah dengan membuat spreadsheet sederhana. Di dalam spreadsheet ini, buat satu baris untuk setiap konten yang sudah dipublikasikan, lalu catat beberapa elemen penting seperti:

  • Judul Konten – Judul artikel, video, atau materi lainnya.
  • Link Konten – Tautan langsung menuju konten tersebut.
  • Jenis Konten – Misalnya: blog post, landing page, ebook, video, atau podcast.
  • Jenis Funnel – TofFu, MoFu dan BoFu (opsional)
  • Tahap Customer Journey – Tentukan apakah konten tersebut cocok untuk tahap awareness, consideration, atau decision.
  • Persona Target – Siapa audiens utama dari konten tersebut? Misalnya: pengguna laptop pelajar, profesional kreatif, atau gamer.

4. Temukan Content Gap

Setelah Anda memiliki content map yang lengkap, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi content gap (celah) atau kekurangan dalam konten yang sudah ada.

Ini penting untuk memastikan bahwa setiap tahap perjalanan pelanggan (customer journey) sudah benar-benar terlayani oleh informasi yang relevan dan dibutuhkan.

Mulailah dengan mengurutkan daftar konten Anda berdasarkan tahapan customer journey, dari Awareness, Consideration, hingga Decision.

Selain membuat konten baru untuk mengisi kekosongan, jangan lupakan kekuatan konten lama. Sering kali, artikel atau halaman yang sudah ada hanya perlu sedikit optimasi atau update agar bisa tampil lebih maksimal.

Setelah tahu topik mana saja yang perlu dibuat, Anda bisa menyusun struktur dan jenis konten yang tepat, apakah itu artikel blog, infografis, video, atau halaman landing.

Saat mengembangkan topik-topik ini, selalu pertimbangkan dua hal penting: SEO (agar mudah ditemukan di Google) dan UX (agar nyaman dan berguna bagi pengguna).

Jika masih bingung mencari ide, lakukan riset kompetitor dan cek di Google. Lihat topik apa saja yang dibahas di hasil pencarian, lalu catat mana yang belum Anda buat. Ini bisa jadi peluang untuk menarik lebih banyak audiens.

5. Buat Content Plan yang Terarah

Setelah Anda mengidentifikasi berbagai topik dari hasil analisis content gap, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana konten yang terstruktur dan terukur.

Namun, sebelum mulai menulis, Anda perlu memprioritaskan topik-topik tersebut berdasarkan kebutuhan dan peluang yang paling strategis.

Berikut beberapa pertanyaan penting untuk membantu Anda menentukan prioritas:

  • Apakah ada tahapan dalam customer journey yang masih kekurangan konten?
    Fokuslah pada tahapan yang belum memiliki cukup konten, terutama jika itu menghambat pergerakan audiens ke tahap selanjutnya.
  • Persona mana yang paling sedikit mendapatkan perhatian?
    Jika salah satu persona penting Anda belum banyak dilayani, pastikan untuk menambahkan konten yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya.
  • Persona mana yang berkontribusi terhadap ROI lebih tinggi?
    Jika semua persona sudah memiliki konten yang cukup, utamakan pembuatan konten untuk persona yang cenderung memberikan konversi lebih tinggi atau lebih mudah dikonversi.
  • Apakah ada saluran distribusi yang kurang dimanfaatkan?
    Misalnya, jika Anda belum banyak memanfaatkan YouTube atau email marketing, pertimbangkan untuk mulai menciptakan konten yang cocok untuk platform tersebut.
  • Apakah ada jenis konten yang jarang digunakan?
    Mungkin Anda hanya fokus pada blog, padahal e-book, podcast, atau webinar bisa menjangkau audiens dengan cara yang lebih menarik dan mendalam.
  • Jenis konten mana yang paling efektif untuk konversi atau paling efisien secara biaya?
    Pilih jenis konten yang terbukti menghasilkan leads atau penjualan dengan biaya produksi yang terjangkau.

Penutup

Content mapping bukan sekadar aktivitas mencocokkan topik dengan audiens. Ini adalah fondasi penting untuk memastikan setiap konten yang Anda buat tepat sasaran, relevan, dan strategis — baik dari sisi SEO maupun pengalaman pengguna (UX).

Dengan memahami siapa audiens Anda, bagaimana perjalanan mereka sebelum membeli, serta jenis konten yang mereka butuhkan di setiap tahap, Anda bisa menciptakan pengalaman yang lebih personal dan berdampak.

Tidak hanya membantu menarik perhatian, tapi juga membangun kepercayaan hingga akhirnya mengarahkan pada konversi.

Jika dilakukan dengan benar, content mapping akan membantu Anda menghemat waktu, meningkatkan efisiensi tim, dan mempercepat hasil pemasaran digital Anda secara keseluruhan.

Mulailah dari yang sederhana, lalu kembangkan secara bertahap. Karena pada akhirnya, konten yang terstruktur dengan baik adalah kunci untuk memenangkan hati dan pikiran audiens Anda.

Jika Anda merasa strategi content mapping ini cukup kompleks untuk dijalankan sendiri, jangan khawatir Dailys Labs siap membantu.


Suka dengan konten ini? Yuk, bagikan ke teman Anda yang sedang membangun strategi konten! Punya pertanyaan atau pendapat? Tulis di kolom komentar—kami senang berdiskusi. Jangan lupa subscribe ke newsletter kami agar tidak ketinggalan update dan tips seputar SEO & content marketing langsung di inbox Anda.

Derrel Gerary
Derrel Gerary

Derrel Gerary adalah SEO specialist sekaligus WordPress developer yang membantu website tampil optimal di hasil pencarian Google. Saya membuat konten yang bermanfaat, memberikan wawasan baru, dan memberikan nilai tambah bagi pembaca. Saya dikenal dengan pendekatannya yang to the point.

Articles: 22

Berlangganan Newsletter kami

Dapatkan berita terbaru kami!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *